Thursday, November 20, 2014

Mengkhawatirkan, Lahan Kritis Meningkat Hingga 87.485 Hektare

Kondisi lahan kritis di Kabupaten Malang, semakin mengkhawatirkan. Hingga saat ini, luas lahan kritis mencapai 87.485 hektare, terdiri di kawasan gunung, pegunugan dan daerah aliran sungai (DAS).  Jika tidak ada pemulihan, menjadi ancaman bencana alam.
Kepala Dinas Kehutana (Dishut) Kabupaten Malang Ir Djaka Ritamtama mengatakan, jumlah lahan kritis di Kabupaten Malang tiap tahunnya semakin meluas. Dari data tahun 2009 seluas 15.091 hektare lahan kritis, sekarang menjadi 87.485 hektare. Ada beberapa penyebab semakin meluasnya lahan kritis di Kabupaten Malang.
“Penyebab utama meluasnya lahan kritis, beralih fungsi dari semula hutan menjadi lahan pertanian seperti tebu, jagung dan ubi-ubian,” ujar Djaka kepada Malang Post kemarin. 
Menurutnya, banyak hutan di gunung maupun pegunungan beralih fungsi menjadi lahan produktif yang dipanen tiap tahunan.Hal tersebut sangat buruk terhadap kondisi hutan di Kabupaten Malang itu sendiri. 
Bila hal ini dibiarkan begitu saja kata dia, akan tejadi bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor. Tanah tidak mampu lagi menahan serta meresap air dengan baik, karena tidak ada akar pohon yang kuat.
“Akar dari tanaman yang dipanen tahunan seperti ubi-ubian, tidak mampu menahan debit air. Jadi, bisa saja menimbulkan tanah longsor dan banjir bandang,” ujar mantan kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnkaertrans) Kabupaten Malang ini.
Penyebab lain meluasnya lahan kritis kata dia, pembalakan liar yang marak terjadi di beberapa wilayah hutan di Kabupaten Malang. Namun, dia belum bisa merinci daerah mana saja yang marak dilakukannya pembalakan itu. Dia tidak memungkiri diataranya terjadi di Kecamatan Kalipare dan Kecamatan Pagelaran. 
“Kami saat ini melakukan pemetaan daerah paling luas yang mengalami lahan kritis tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Malang Tridiyah Maistuti menambahkan, harus segera dilakukan penangan terhadap lahan kritis melalui konservasi dengan menanam pohon kembali di lahan kritis tersebut.
 “Kami saat ini menggalakan kegiatan konservasi dengan penanaman pohon kembali. Baik itu penanaman pohon di hutan yang gundul, maupun di pesisir DAS Brantas maupun anak sungai Brantas,” ujarnya dihubungi terpisah.

No comments:

Post a Comment